KOMPAS.com- Seperti
diberitakan kemarin, tiga mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada diwisuda dengan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00 atau
sempurna. Mereka adalah Donna Adelia (angkatan 2008), Laras Susanti (2007), dan Fani Phisca P (2008).
Berikut ini adalah cerita di balik kesuksesan Laras seperti disampaikan Kepala Humas FH UGM Satria AN kepada Kompas, Selasa (21/2/2012).
Perjalanan
Laras Susanti menempuh studi di Fakultas Hukum mungkin tidak semulus
Donna. Kala itu Laras yang hidup dengan pamannya di Jakarta harus
menggadaikan rumah terlebih dahulu untuk bisa memperoleh pinjaman uang
dari bank, setelah dinyatakan diterima di UGM.
Mahasiswi
kelahiran Tegal, 27 Juli 1988 ini memang tinggal dengan pamannya,
karena kedua orangtuanya bercerai. Sebelum masuk Fakultas Hukum waktu
itu, ibunya menyarankan agar bekerja setelah lulus SMA. Namun untunglah
pamannya saat itu tidak setuju, dan menyarankan Laras untuk kuliah.
“Waktu itu pakde bilang, kalau dengan studi nanti rezeki itu akan ada,” kenang Laras.
Kecintaan
Laras pada ilmu hukum sudah tertanam sejak SMA. Penegakan hukum di
Indonesia yang tebang pilih dan tidak adil membuatnya tergugah untuk
tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan
hukum kita saat itu. Hal ini dipertegas lagi dengan pengalaman
pribadinya ketika mengurus surat kelengkapan beasiswa yang harus
mendapat pungutan liar mulai dari kelurahan hingga kepolisian.
Untuk itulah, ketika dinyatakan diterima di FH UGM, Laras tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Kunci
suksesnya? "Manajemen waktu, rajin membaca berita, dan sering
berdiskusi," katanya. "Tapi dari ketiga hal itu, yang lebih penting
yaitu cinta terhadap ilmu yang kita tekuni," kata mahasiswi yang meraih
juara 1 tingkat nasional pada Debat Mahkamah Konstitusi tahun 2011.
Pengalaman
pendidikan kedua orangtuanya yang kurang menguntungkan, agaknya menjadi
penyemangat bagi Laras untuk tidak menyia-nyiakan waktu studinya di
FH. Maklum, ayahnya hanya tamat SMP, sedangkan ibunya tidak tamat SD.
Selain
kuliah, Laras aktif di beberapa organisasi. Ia adalah Kepala
Departemen Kajian Strategis Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum,
Menteri Kajian Strategis BEM KM UGM (2010), dan peneliti PUKAT FH UGM.
Tidak
menyerah dengan kondisi keluarganya yang miskin, Laras rajin mencari
beasiswa selama studi. Hasilnya tidak sia-sia. Ia mendapatkan beberapa
beasiswa yang menyediakan bantuan biaya pendidikan hingga uang jajan.
Sama
halnya dengan Donna, dengan nilai IPK 4,00 yang diperoleh tidak
serta-merta membuatnya berpuas diri. Bahkan, dia sudah siap mencari
beasiswa untuk melanjutkan studi S2. Menjadi dosen di Fakultas Hukum
kini menjadi angan-angannya.
“Dari Fakultas Hukum inilah lahir para penegak hukum yang kiprahnya dinanti masyarakat luas,” kata penulis buku Belajar Merawat Indonesia tersebut. taken from: www.kompas.com 29/2/2012 (R)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar